Beberapa hari lagi ummat Islam akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa secara bahasa maknanya adalah menahan. Adapun maknanya secara istilah adalah beribadah kepada Allah Ta’ala yang disertai niat, dengan menahan diri dari makan, minum dan seluruh pembatal puasa, sejak terbit fajar kedua sampai terbenam matahari, yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu.
Namun, tahukah anda sejarah bulan Ramadhan?
Sejarah Puasa di Bulan Ramadhan
Perlu diketahui bahwa sebelum adanya kewajiban berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wassallam menjalankan puasa hari Asyura (10 Muharram) seperti umumnya yang dilakukan orang-orang Quraisy dan Yahudi.
Lalu kemudian turun syariat puasa Ramadhan (QS. Al-Baqarah: 183). Namun, di awal puasa Ramadhan ini sifatnya masih pilihan, barang siapa yang dengan sengaja tanpa alasan tidak berpuasa mereka boleh tidak berpuasa, asalkan menggantinya dengan fidyah, namun ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat yang berbunyi:
Artinya: “Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”
Dengan turunnya ayat di atas maka tidak alasan lagi orang untuk tidak berpuasa, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap memberikan keringanan bagi mereka yang sedang sakit, melakukan safar dan lanjut usia untuk tidak berpuasa dengan cara menggantinya, baik dengan cara puasa qadha di bulan lainnya atau dengan membayar fidyah.
Lalu diceritakan kisah Umar bin Khattab yang sempat mendatangi istrinya, padahak itu dilakukannya setelah bangun dari tidur yang sebenarnya tidak boleh dilakukan.
Kemudian cerita ini sampai kepada Nabi, maka turunlah ayat yang berbunyi:
Artinya: “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kalian, mereka itu adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kalian tidak dapat menahan nafsu kalian, karena itu Allah mengampuni kalian dan member maaf kalian. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kalian, dan makan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kalian campuri mereka itu, sedang kalian ber-‘itikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka jangnlah kalian mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah ayat 187).
Ayat di atas kemudian menjadi penyempurna ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Keutamaan Puasa Ramadhan
Di bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Karena berpuasa di bulan Ramadhan ini memiliki banyak keutamaan, antara lain:
- Meninggikan Derajat
Hal ini didasari oleh beberapa hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wassallam, salah satunya berbunyi:
“Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR. Imam Muslim).
Ini artinya umat Muslim diimbau untuk memperbanyak ibadah selama bulan Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya. Dengan dibukanya pintu surga menjadi dorongan untuk memperbanyak ibadah. Nah, dengan memperbaanyak ibadah inilah diharapkan Allah meninggikan derajat kita.
- Tiket Surga Ar Rayyan
Orang yang suka berpuasa akan mendapatkan pintu khusus masuk surga di akhirat nanti. Dimana, ahli puasa akan masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan.
“Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya ‘Ar-Rayyan,’ yang akan dimasuki oleh orang-orang yang sering berpuasa kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang yang suka berpuasa. Dikatakan : Manakah orang-orang yang suka berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak seorang pun masuk melaluinya lagi. (HR. Bukhari dan Muslim).